Markonah alias Marsinah
PERJALANAN hidup Marsinah, aktivis buruh yang mati mengenaskan, digarap Teater Buih melalui pertunjukan monolog. Malam itu, Sabtu (5/5), di kampus Fakultas Sastra Undip, meskipun nama Marsinah diganti dengan Markonah, masih dapat dibaca jika apa yang terjadi adalah kisah hidup Marsinah.
Pertunjukan dimulai dengan tampilan demonstrasi buruh melalui siluet. Aksi lalu berubah menjadi kekerasan. Saat siluet menunjukkan klimaks keadaan chaos, muncullah seorang aktris, diperankan oleh Novi Nopek, dari sebuah tong sampah. Sambil tertatih-tatih, ia mulai berdialog menceritakan latar belakangnya, perjuangan sebagai buruh yang menuntut keadilan sampai kematiannya yang tragis.
Ya, memang sangat mirip kalau tidak boleh dibilang sama antara kisah hidup Markonah dengan Marsinah. Sampai peristiwa detail sobeknya kemaluan Marsinah akibat penyiksaan pun diceritakan.
Ikon Perjuangan
Tampaknya Marsinah bagi penulis naskah, Tuti Setyawati, masih menjadi ikon perjuangan aktivis buruh perempuan yang menarik. Meski sepanjang pertunjukan didominasi dialog perih, di sela-sela itu masih diselipkan adegan tari dan menyanyi. Pertunjukkan pun terisi dengan nuansa semi opera.
Sekitar 30 menit Novi membawakan tokoh Markonah dengan baik. Namun rupa-rupanya naskah yang dibawakan kurang memberikan kesempatan eksplorasi panggung bagi aktor.
Belum terlihat penggarapan detail properti dan ruang pertunjukan untuk mendukung gagasan artistiknya. Sehingga Markonah selintas seperti hanya menyajikan keluh kesah Marsinah saja.
Selain menampilkan Monolog Markonah dari Teater Buih, acara peringatan Hari Buruh oleh Teater Emka itu juga menampilkan repertoar dari Among Jiwo, Teater Asa, Serikat Pengamen Indonesia, Teater Emka, serta performance art dari komunitas seni rupa Semarang dan Solo. Diskusi tentang perburuhan semakin menambah hangat suasana. (Sony Wibisono-45)